Akalnya Sekebon |
Awas,....jangan ketipu ama tampangnya yang kelihatan rada-rada apa gitu.
Ini orang bisa men"design" tampangnya sedemikian rupa sehingga bisa kelihatan kayak orang oon. Apalagi kalo lagi bengong, eloe pasti pikir orang ini difabel, keterbelakangan mental, saraf, sawan, dan sejenisnya.
Padahal, kalo sudah kenal dan sering berinteraksi, eloe bakal paham. Di balik tampangnya yang rada-rada itu tersimpan pikiran dan ide-ide brilian!
Gua sendiri nganggap Bowo punya IQ maupun EQ tinggi, di atas rata-rata. Wawasan dan pengetahuannya juga luas untuk di eksplor, asal tahu caranya aja.
Belum lagi jiwa seni Bowo, cita rasa dan minat seni nya juga di atas rata-rata orang kebanyakan. Kalo orang dengan kemampuan main alat musik pas-pasan, bakal kerepotan ngikutin improvisasinya saat nyanyi. Blues dan Jazz dia lahap, dangdut dia doyan, pop juga hayo, lengkap dah. Dan gua paling demen kalo dia nyanyiin lagu Benyamin, mantap abis. Matthew, anak gua aja sampai joget-joget kalo denger Bowo nyanyi lagu "Jande Mude".
Iya, beneran, Bowo punya bakat nyanyi yang terpendam. Idolanya juga nggak maen-maen, super starnya Betawi, Almarhum Benyamin S. Bowo waktu muda, memang punya interaksi secara pribadi langsung dengan Sang Maestro, jadi nggak heran klo Bowo punya cita rasa seni dan selera humor yang hebat.
Berbeda dengan Budi Koin yang kocak karena kekonyolan dan kepolosannya (baca:Budi Koin), Bowo kocak dan konyol by design. Maksud gua, otaknya secara sadar dan terencana serta sistematis mengkondisikan suasana, dialog, interaksi, dan tampilan. Hasilnya kocak dan konyol yang sangat orisinil.
Kalau orang lain biasanya mereproduksi, mengulang sebuah kekonyolan atau dialog humor yang sudah umum (street jokes), Bowo tidak demikian. Dia seorang pencipta, seorang creator. Hasil karyanya bisa bikin orang terbahak-bahak sampai keselek. Gua akan sajikan beberapa contoh karya orisinil Bowo, yang sebagian besar TKP nya ada di "Poci" (baca:ini).
1. Supir Taksi Lagi Sial
Poci letaknya di pengkolan, dan entah kenapa jadi tempat favorit orang nanya kalo mau cari alamat atau nyasar. Suatu ketika, ada Taksi nyasar, dan pengemudinya turun dengan pede terus nanya. Lebih kurang dialognya dengan Bowo begini:
Supir: "Maaf Pak numpang nanya"
Bowo: "Iyak silahkan Pak"
Supir: "Kalau mau keluar, ke arah mana ya Pak?"
Bowo: "Lha Bapak kan dan udah di luar?"
Kontan, itu supir cengengesan kayak onta gigit pasir. Kasian, sial dia nanya sama orang yang salah.
2. Penanya lain yang nggak kalah naas
Cuplikan dialognya:
Penanya: "Pak mau nanya, kalau mau ke depan, lewat mana?"
Bowo: "Tergantung Bapak ngadepnya ke mana, Pak, terus jalan aja, kan udah ke depan"
3. Nada dasar kerendahan
Ini cerita saat kita lagi ngumpul di Poci, ada yang bawa gitar, terus nyanyi dah tuch. Semua berjalan lancar, sampai salah seorang teman yang lagi nyanyi agak kesulitan karena merasa antara suaranya dengan iringan gitar nggak cocok.
Yang lagi nyanyi ngomong gini: "Kerendahan nech nadanya, naikin donk"
Bowo langsung nyeplak dengan muka serius tanpa dosa: "Ya udah, main gitarnya di atas meja aja, kan jadi lebih tinggi".
4. Nasib Pak Har
Dulu ada tetangga kita, namanya Pak Har dan orangnya lembut banget. Kebetulan Pak Har ada mobil box yang dipakai buat jualan ke kampung-kampung seputaran Jawa Barat. Nah, Bowo buat ulah lagi.
Bowo: "Pak Har, gua mau sewa mobil box Pak Har"
Pak Har: "Mau ke mana Pak Bowo?" (Sambil mikir, rejeki nech..)
Bowo: "Dari sini sampai Gondrong, berapa Pak?"
Pak Har: "Waduh, saya nggak enak nentuin harga, terserah Pak Bowo aja deh"
Bowo: "Jangan Pak, sebutin aja angkanya"
Nah, sampai di situ semua fine aja, Pak Har nggak enak nyebutin angka, Bowo juga nggak sanggup bilang bayar berapa. Dua dialog terakhir di atas berulang 2 atau 3 kali, sampai akhirnya Pak Har nyerah.
Pak Har: "Dua ratus ribu dech, Pak"
Bowo: "Bener nech Pak?"
Pak Har: "Iya, segitu aja"
Bowo: "Sampai gondrong lho Pak?" (Sambil nunjuk ke arah kepala dia sendiri dan langsung kabur).
Pak Har tetangga saya itu yang (maaf) agak botak, cuma cengar-cengir, baru nyadar dikerjain sama Bowo.
Tapi jangan pikir Bowo orangnya becandaan mulu, konyol mulu, dia bisa serius banget kalau lagi bahas hal yang memang butuh keseriusan. Dan di saat-saat seperti itu, cerdasnya kelihatan. Bijaksananya muncul. Kritik maupun masukannya selalu obyektif dengan alternatif solusi yang aplikatif. Nah kalo sudah begini, biasanya ada yang komentar: "Bowo kerasukan Jibril", (jujur aja, gua paling sering), hehehe.
Masalahnya, interval seriusnya biasanya nggak panjang, nggak lama habis ngomong serius, biasanya ngaco lagi. Dan yang paling bagus nimpalin omongan Bowo adalah Budi Koin. Kalo sudah begini, gua dan warga lain bakal betah sampai pagi.
Sampai Bowo kabur dengan segala alasan, yang paling populer adalah: "Waduh dingin nech, gua ambil jacket dulu yak?". Setelah ngomong begitu, jangan harap dia balik lagi.
Atau dia bakal ngomong gini: "Gua mau nutup pintu dulu, tadi kelupaan ngonci pintu"
Besoknya kalau kita nanya: "Kok habis ngonci pintu nggak balik lagi?"
Dengan tenang Bowo akan jawab: "Lha, kan dah ke konci, gimana gua bisa keluar lagi?"
Atau dia bakal ngomong gini: "Gua mau nutup pintu dulu, tadi kelupaan ngonci pintu"
Besoknya kalau kita nanya: "Kok habis ngonci pintu nggak balik lagi?"
Dengan tenang Bowo akan jawab: "Lha, kan dah ke konci, gimana gua bisa keluar lagi?"
Bowo, Bowo......, akal loe sekebon.
No comments:
Post a Comment