Thursday, April 28, 2016

Republik Koplak

Ops..jangan salah sangka atawa prejudice dulu. Ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan Republik Indonesia yang kita cintai. Apalagi sampai menghina NKRI, nggak boleh dan haram hukumnya.

Ini cerita soal sekelompok manusia koplak di lingkungan RT 06/12 Vila Pamulang. 

Sal, asal muasalnya juga agak bingung, entah siapa yang mulai, kemungkinan besar si Bowo, dech. 

Biasa, saat kumpul di Poci, pada becanda gaya nggak jelas. Kemungkinan ada komeng ngaco dari Mas Ari (salah satu newbie di RT 06, tapi sudah berhasil di "rusak" secara sistematis sama Bowo dan Budi Koin).

Eh, Bowo nyeletuk: "Dasar sersan koplak!"
Nggak tahu bagaimana, sejak itu Mas Ari jadi resmi menyandang pangkat "SERKO", alias sersan koplak.

Kalo sampai di situ sech, biasa aja donk. Masalahnya, gelar-gelar dan pangkat-pangkat lanjutan bermunculan. Joko yang kesehariannya adalah pembalap bayaran Ibukota dengan mobil besutan warna biru bertahta burung dan ber argo, dapat pangkat "Kopko" alias kopral koplak.

Trus Bowo sendiri dapat pangkat "Kolko", atawa kolonel koplak.
Babeh Edy diangkat jadi "Jenko" (mirip judul donat ya?), kependekan dari jenderal koplak.

Dan mirisnya, wabah koplak ini menyebar nggak jelas, semua penghuni tetap Poci dapat jatah pangkat koplak.

Terakhir, ini yang menurut gua paling sedih, entah siapa yang mulai, gua di panggil "Presko". Gua nggak sampe ati sama diri gua sendiri, untuk nanya apa kepanjangan "Presko". Mending loe pada nebak sendiri dah.

Dasar republik koplak.....



Tuesday, April 12, 2016

Pi, Mami Ulang Tahun

Gua ingat persis, tanggal 6 April 2016, pukul 19.36, Matthew ngomong begini: "Pi, 3 hari lagi Mami ulang tahun, kita kasih kado apa?".
Ngomongnya sambil bisik, terus narik tangan gua ke kamar sebelah. Biar Mami nya nggak ikut dengar rencana rahasia ini, Matthew teriak ke Maminya: "Mi, Matthew sama Papi lagi pingin ngobrol pribadi, jangan ganggu dulu ya?".

Matthew dan Mami nya
Pintu kamar dia tutup dan dengan tatapan mata serius (hadeuh ini anak umur 7 tahun, kelakuannya kayak orang dewasa aja), Matthew memulai memimpin "rapat rahasia" ini.

"Jadi gini Pi, kita harus kasih kejutan ke Mami"
Gua ngangguk-ngangguk kayak kambing lagi keselek.

"Tinggal 3 hari lho, mesti kita rencanain dan putusin sekarang, Pi!"
Gua ngangguk lagi.

Terus gua tanya balik: "Menurut Matthew kasih kado apa?"

Dengan super serius Matthew jawab: "Kalo Matthew sech pengin kasih lamborghini, tapi Matthew tau kok, Papi nggak ada duitnya, tabungan Matthew juga belum cukup"

Gua dengan sepenuh jiwa raga nahan ketawa supaya ini anak nggak tersungging, dan tetap pasang muka serius. 

Dan terjadilah dialog-dialog serius antara gua dan Matthew, kira-kira 15 menitan, akhirnya kita sepakat beliin kalung emas buat Maminya. 

Sebagai papi yang baik dan tidak sombong, gua mau ajarin Matthew bertanggung jawab atas usulannya. Maka gua tanya ke anak gua: "Trus, Matthew mau kontribusi berapa duit untuk beli kado Mami?"

"Kontribusi itu apa Pi?"

Gua jelasin sebentar, dan seperti papinya yang kata orang-orang cerdas, Matthew juga segera paham.

"Hm....emang harus Pi? Kan Matthew sudah kasih usulan"
Gua jelasin lagi, justru karena berani usul, harus berani dan wajib ikut serta kontribusi.

"Matthew nyumbang seribu aja ya Pi?"
"Berapa ya Pi?" tanya Matthew
"Seikhlasnya Matthew aja", jawab gua.
"Gini ya Pi, tabungan Matthew kan baru sekian, jadi Matthew bisanya sekian, supaya tabungan Matthew sisa sekian...", kata dia.

Gua pura-pura kaget dan ngomong: "Kok cuma segitu? Masa buat Mami aja, Matthew itung-itungan gitu?"

Dengan tenang dan senyam-senyum, Matthew jawab: "Papi kan tahu Matthew nabung buat beli lamborghini, kalo dikurangi banyak, sampai kapan tabungan Matthew cukup beli lamborghini, Pi..., coba Papi pikir?"

Gedebug....jantung gua hampir loncat keluar, hadeuh....langsung yang kaing..kaing..kaing gua. Hehehehe. Iya dah nak, semoga impian mu tercapai.